Taubat Sepanjang Dosa
Ada banyak kebaikan yang
bisa kita lakukan, dan setiap kebaikan adalah shodaqah. Mengucapkan perkataan
yang baik, menyingkirkan gangguan di jalan, berinfaq, ngaji, sholat, dan
seabreg kebaikan yang jika dilaksanakan dengan niat ikhlas dan tatacaranya
sesuai dengan tuntunan Rasul, tentu akan bernilai di sisi-Nya. SubhanaLlah...
begitu mudahnya kita menabung pahala untuk hari depan.
Di sisi lain. Ada kebaikan, tentu ada
keburukan. Berbentuk dosa kecil dan dosa besar... yang mungkin di antara kita pernah
melakukannya. Sekecil apapun dosa, ia akan menorehkan titik hitam di hati kita,
yang jika terkumpul terus, akan mengeraskan hati dan
menghalangi hidayah serta mencegah diri dari berbuat kebaikan. Dan untuk
membersihkannya, Allah mengizinkan
kita untuk bertaubat.
Taubat artinya
kembali dari dosa. Dan taubat wajib segera dikerjakan dari segala dosa,
sebagaimana firman Allah, "Bertaubatlah
kamu sekalian kepada-Ku, wahai orang-orang yang beriman agar kamu sekalian
beruntung" (Q.S. An-Nur:31)
Pernahkah ukhti
fiLlah mendengar kisah seorang wanita zaman RasuluLlah yang bertaubat dari zina
dan minta dihukum di dunia? Begitu
besar rasa penyesalannya, dan begitu cintanya ia dengan kesucian dari dosa,
sehingga ia berani meminta rajam kepada
RasuluLlah. Ya, rajam, sebuah bentuk penebus dosa bagi pelaku zina.
Sebagaimana tersebut
dalam sebuah hadits Shahih yang dikeluarkan Imam Muslim, bahwa Buraidah
menuturkan, "Seorang wanita
yang disebut Al-Ghamidziyah datang menemui RasuluLlah, dan ia berkata,
"Wahai RasuluLlah,aku telah berzina,
sucikanlah aku!" Tapi RasuluLlah menolak pengakuannya itu.
Keesokan harinya, ia
datang kembali kepada RasuluLlah seraya berkata, "Wahai RasuluLlah, mengapa
Anda menolak pengakuanku? Apakah
Anda menolakku sebagaimana menolak pengakuan Ma'iz**? Demi Allah, saat ini aku
sedang
hamil."
RasuluLlah mengatakan, "Baiklah, kalau begitu kamu pergilah dulu sampai
kamu melahirkan anakmu"
Seusai melahirkan,
wanita itu kembali menghadap RasuluLlah sambil menggendong bayinya itu dalam
selembar kain seraya melapor,
"Inilah bayi yang telah aku lahirkan". Beliau bersabda,
"Susuilah bayi ini hingga disapih".
Setelah disapih,
wanita tersebut kembali menghadap beliau dengan membawa bayinya yang di
tangannya memegang sekerat roti. Ia
berkata, "Wahai Nabi, aku telah menyapihnya. Ia sudah bisa makan
makanan"
Akhirnya, RasuluLlah
pun mempercayai pengakuan wanita itu, lalu menyerahkan anak itu kepada seorang
pria dari kalangan ummat Islam,
dan kemudian beliau memerintahkan agar menggali lubang sampai di atas dada,
lalu
memerintahkan
orang-orang untuk merajam wanita tersebut. Saat itu Khalid bin Walid membawa
batu di tangannya lantas melemparkannya
ke arah kepala wanita itu hingga darahnya memuncrat mengenai wajah Khalid.
Khalid pun memaki wanita itu.
Akan tetapi RasuluLlah mengatakan,
"Sabar wahai
Khalid! Demi Dzat yang jiwaku ada di tangannya, sungguh dia telah bertaubat
dengan taubat yang
seandainya dilakukan
oleh seorang pemungut cukai (pajak), niscaya ia akan diampuni."
Dan dalam riwayat
yang lain, ketika RasuluLlah menshalatkan wanita Al-Ghamidziyah ini, Ummar bin
Khathab terheran,
"Engkau
menshalatinya, wahai RasuluLlah? Padahal ia telah berzina." RasuluLlah
menjawab,
"Ia telah
bertaubat dengan taubat yang sekiranya dibagikan kepada 70 penduduk Madinah,
niscaya mencukupinya.
Apakah engkau
menemukan taubat yang lebih baik daripada orang yang menyerahkan jiwanya kepada
Allah?"
(H.R. Muslim, XI/347)
Demikianlah Ukhti
fiLlah...
mengakui perbuatan
dosa kepada Allah tentu sangat mempermalukan diri kita, mencemarkan nama baik
keluarga, dan bisa jadi menuai
celaan semua zaman. Akan tetapi, cobalah kita renungkan kisah wanita ini...
Meskipun sebenarnya dengan dosanya itu
-dosa besar tapi tidak diketahui orang lain-, ia hanya berkewajiban untuk minta
ampun kepada Allah
dan bertekad tidak
mengulanginya lagi, akan tetapi dengan semangat malu kepada Allah yang besar,
wanita tersebut sangat ingin mengaku
dan minta hukuman dari RasuluLlah agar ia nanti bebas dari api neraka, karena
zina adalah salah satu dari tujuh dosa
besar yang dilaknat Allah.
Cobalah kita
bandingkan dengan keadaan sekarang, subhanaLlah... jauh sekali bedanya.
Jangankan minta dihukum, melakukan dosa secara
terang-terangan sudah menjadi kebiasaan manusia zaman sekarang. Contohnya saja,
pacaran - sebagai pendahuluan
zina- sudah menjadi gaya hidup sebagian besar orang. Tak ada malu, tak ada
ragu, mereka berdalih 'as modern
life style'. Padahal, jika akal berjalan di depan nafsu, maka kita bisa ikuti
kisah-kisah orang shalih zaman dahulu untuk
menuai bahagia, di dunia dan akhirat, insya'Allah. Berat memang di dunia, tapi
hasil akhirnya akan manis. Sungguh,
sungguh manis...
Ukhti fiLlah,
berhati-hatilah...
dengan membaca, mentadabburi
(merenungkan), dan mengikuti jalan yang lurus, insya'Allah kita bisa terhindar
dari gelapnya lorong pergaulan tanpa batas dan incaran syaithan yang bersekutu
dengan hawa nafsu.
Semoga Allah memberi
kebaikan kepadamu dan kepadaku, dan menghindarkan kita dari dosa-dosa
demikian...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar